Rabu, 10 Agustus 2016

Sejarah Perkembangan Epidemiologi Part II

Hari ini kita melanjutkan pokok bahasan yang kemaren, tentang tokoh tokoh epidemiologi dalam bidangb kesehatan dan konstribusi apa saja yang telah tokoh tokoh itu lakukan. Cek it out....


Epidemiologi Penyakit SKORBUT Tahun 1753 Oleh James Lind


James Lind

      Pada tahun 1700, dari observasi banyak angakatn bersenjata yang sakit. Kemudian James Lind  mengobservasi pengaruh waktu, tempat, musim dan makanan pada penyebaran penyakit. Lind adalah seorang dokter bedah yang jeli, yang cepat menyadari bahwa ketika dalam pelayaran yang panjang seorang pelaut mungkin akan menderita sakit akibat skorbut. Ia menyadari bahwa skorbut akan menyebar setelah satu sampai dua bulan berlayar. Menurutnya, meskipun kondisi air cukup baik dan perbekalannya tidak tercemar, pelaut tetap saja sakit. Dalam sebuah pelayaran, 80 dari 350 pelaut terserang skorbut. Lind menandai bahwa bulan bulan yang umumnya banyak terajadi penyakit skorbut adalah bulan april, mei dan juni. Ia juga mengobservasi bahwa cuaca yang dngin hingga berkabut dan lembab sering kali menjadi faktor risikonya. Akibat pengaruh pengobatan Hippocrates, Lins tetap menganggap bahwa udara sebagai sumber penyakit. Contoh, bahwa udara laut lebih lembab dari pada udara di darartan , dengan demikian pengaturan untuk tempat tinggal di tempat yang lembab dan kehidupan laut merupakan focus utama observasi yang dilakukan Lind untuk mencari penjelasan tentang penyebab penyakit skorbut.
     
      Meskipun tidak sepenuhnya benar,Lind selalu berusaha menjadi epidemiologi yang baik, mempertimbangkan semua kemungkinan dan melakukan observasi epidemiologis yang baik. Ia melihat semua sisi masalah secara langsung merenungkan apa yang terjadi pada orang yang sakit jika dibandingkan dengan apa yang dialami orang yang sehat.
     
      Lind mulai mengamati makanan pelaut tersebut, ia mulai membuat terobosan epidemiologi terbesarnya. Menurut pengamatannya, makanan selama pelayaran sangat kasar, kental dan keras untuk saluran pernafasan. Karena prihatin, Dr Lind melakukan ekperimen pada pelaut tersebut. Ia memilih 12 penderita yang mengalami semua gejala klasik penyakit skorbut. Begitu selesai mengkaji makanan harian yang dikonsumis pelaut tersebut, ia menemukan bahwa masing masing dari mereka mengkonsumsi makanan yang sama. Kemudian ia membagi menjadi 6 kelompok yang beranggotakan 2 orang dan memverifikasi makanan di setiap kelompoknya. Dua pelaut diberi buah orange dan satu lemon setiap hari. Keduanya makan dengan rakus, meskipun dengan perut kosong. Pengaruh baik yang paling jelas dan tiba tiba terlihat pada mereka yang mengkonsumsi orange dan lemon. Dalam 6 hari, kedua orang yang memakan jeruk tersebut sudah siap untuk bertugas.. Sementara lainnya masih mengalami sariawan, bercak bercak, kelesuan dan lemah lutut. Semua gejala tersebut lenyap pada kedua orang yang memakan jeruk dan lemon. Menurut observasi Dr. Lind. Dari semua eksperimen yang dilakukannya, orange dan lemon merupakan obat paling efektif untuk skorbut yyang terjadi dalam pelayaran.
      
      Banyak kontribusi epidemiologis yang diberikan oleh Lind. Ia prihatin dengan kejadian penyakit dalam kelompo besar masyarakat. Lind tidak hanya ikut mengidentifikasi efek makanan pada penyakit, tetapi juga melakukan observasi klinis, menggunakan desain eksperimental, mengajukan pertanyaan epidemiologi klasik, mengobservasi perubahan populasi dan pengarugnya pada penyakit, dan mempertimbangkan sumber penyebab, tempat, waktu dan musim.


COWPOX dan Hubungannya dengan SMALLPOX

    Di Inggris, Benjamin Jesty, seorang petani/peternak susu di pertenghan tahun 1700-an, menyadari bahwa gadis pemerah susu tidak pernah mengidap smallpox. Akan tetapi, gadis pemerah susu tersebut mengidap cowpox yang ditularkan dari sapi. Jesty merasa yakinbahwa terdapat hubungan cowpox dan smallpox. Di tahun 1774, Jesty memajankan cowpox pada istri dan anak anaknya untuk mencegah smallpox dan hal tersebut berhasil.

Benjamin Jesty
      Eksperimen Jesty dan pengalaman serupa yang di laporkan dari Turki, Asia Timur, Amerika dan Hungaria, diketahui oleh Dr. Edward Jenner, seorang dokter di pedesaan Inggris (1749-1823). Ia secara pribadi mengobservasi gadis dan laki laki pemerah susu yang terkena cowpox dan yang tidak terkena smallpox. Dr. Jenner membuat hubungan zoonotik dan epidemiologis antara smallpox dan cowpox dan ingin melaximkan penggunakan inokulasi. Selama berabad abad, orang cina melakukan observasi tentang strain smallpox yang kuat dan lemah. menurut mereka tindakan yang bijak adalah memakankan diri sendiri pada strain yang lemah dari suatu penyakit. jika seseoramg terkena penyakit dari strain lemah, kemudian hariia tidak akan menderita penyakit itu sampai parah. Hal ini disebut "Variolasi".

      Pelayan pria dan pelayan wanita diakhir tahun 1700-an sering kali menjadi orang yang ditugaskan untuk memerah sapi. seorang pelayan pria ditugaskan merawat luka pada tumit kuda yang terjangkit cowpox. Pus (nanah) dan cairan infeksius disebut sebagai pelumas penyakit. karena tidak perduli dengan sanitasi dan kebersihan, penyakit ditularkan melalui pelumas dari tangan pelayan ketika memerak sapi. Cowpox kemudian ditularkan ke wanita pemerah susu. menurut pengamatan Jenner, jika seseorang menderita cowpox, ia tidak akan menderita smallpox bila terpajan. Jenner berupaya memajankan seorang pemerah susus pada kasus cowpox ringan sewaktu pelayan itu masih muda, yaitu dengan mengiris tangan wanita itu dan memberinya pelumas pada luka tersebut. Responnya terhadap penyakit hanya sedikit dan pelayan tersebut tidak sakit. Pada KLB (kejadian luar biasa) cowpox yang lain, seorang pria terkena cowpox sampai 3 kali dalam waktu yang berlainan.  Beberapa tahun kemudian, pria itu dipajankan cowpox melalui inokulasi, tetapi ternyata ia sudah kebal, Cowpox ternyata memberi perlindungan terhada smallpox. Dr. Jennesr menemukan vaksinasi smallpox berdasarkan pengetahuan ini. kemudia vaksinasi ini digunakan untuk melindungi manusia terhadao smallpox 


Eddward Jenner





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar